Minggu, 20 April 2008

Hakikat sang Merak

Assalamu 'Alaikum Wr. Wb.
Saya hanya mencoba untuk me"muntah"kan apa yang selama ini menjadi kegundahan dari hakikat kedirian (nafs) akan sebuah kerinduan untuk mengenal-Nya, namun ternyata yang didapati dari bacaan-bacaan, siaran-siaran berita, diskusi-diskusi, hanyalah sebuah teori-teori serta apa yang dapat sebut sebagai pengetahuan instant yang kemudian tidak dapat menjawab pertanyaan hakiki nafs tadi yang terus bergumam "Apakah itu simbolisasi dari Tuhan?", "Apakah itu hanyalah sebuah tulisan?" dan "Apakah Muhammad hanya dia?" ataukah diri sejati yang ada di "dalam" yang sebenar-benarnya Muhammad??
Bukankah Tuhan seharusnya laisa ka-mislihii syai'un, dimana bahkan simbolisasi manusia secanggih apapun, serta sehalus apapun tidak akan mampu untuk mewakilkannya melalui kalam ini serta tidak akan mampu didengar oleh telinga apalagi kemudian dicerna oleh sebongkah otak yang memanggil dirinya sebagai "akal". Konsepsi Tuhan seharusnya beyond knowledge dimana kehadirannya jika tidak dapat dikongnisi oleh indera serta nalar manusia, maka kita seharusnya segera kembali kepada rasa, atau yang disebut Syech Siti Jenar sebagai ingsun sejati yang kemudian hanya dapat dicapai atau dipahami dengan cara betul-betul "merasakan" Dia.
Sementara para ulama salaf berdebat terhadap salah atau benar tentang suatu praktek syar'i, dimana persoalan-persoalan yang timbul kemudian hanya bersifat wadag contohnya bagaimana kemudian kita menunaikan gerakan-gerakan dalam shalat, apa yang harus dibaca, bagaimana batalnya wudhu, dimana penghujung dari kesemua itu hanyalah dosa, pahala,dosa, pahala.......atau surga, neraka, surga, neraka...dst. Saya lebih cenderung untuk menggali untuk siapakah semua itu saya lakukan? apakah hanya untu sorga dan neraka, pahala dan dosa? Tentunya pertanyaan ini bukanlah sesuatu yang baru mungkin dalam hal pencarian akan dzat sejati, tetapi disinilah kerinduan akan sesuatu yang lebih dari sekedar sorga dan neraka kemudian membahana menggerus setiap hati sang pencari...atau sang merak yang tidak akan pernah tahu bahwa sayapnya begitu indah dipenuhi dengan warna-warni keagungan jika dia tidak menatap secara teliti tentang diri-Nya yang tercermin di permukaan sungai yang jernih dan tenang......
Yaa..Tuhanku, Ya Habibi.., rinduku hanyalah kepada Engkau yang sejati.., namun yang aku lihat hanyalah diriku.....